Rabu, 04 Mei 2011

korosi logam


 KOROSI LOGAM 
( Disusun untuk tugas BKTK )





Oleh :
Irawan Setiadi             (0815041041)
Ardy Kristianto           (0815041024)
Chaizar Ramadhan      (0815041028)






JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2009

KATA PENGANTAR

Kami ucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang karena berkat rahmat dan ridhanya makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah bahan konstruksi teknik kimia dapat kami selesaikan.
Makalah ini kami tulis berdasarkan studi pustaka dari buku acuan dan internet yang berkaitan dengan mata kuliah BKTK. Fokus pembahasan dari  makalah ini adalah tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan sifat kimia bahan.
Melalui makalah ini kami mengharapkan para pembaca dapat terbuka wawasannya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan bahan-bahan pada alat-alat proses industri kimia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu pembaca harap maklum serta kami harapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi kepentingan kita bersama. Terima kasih setulus-tulusnya kepada Ibu Panca Nugrahini, S. T.,M.T. Dosen mata kuliah BKTK yang telah memberikan bantuan dalam pemberian materi mata kuliah BKTK ini serta seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Kami berharap agar Tuhan Yang Maha Esa dapat membalas segala kebaikan mereka. Amin.
Bandar Lampung,  3 April 2010
      
                                  
          Tim Penulis
                                             KOROSI LOGAM

A. Pengertian Korosi

Kerusakan merupakan proses redoks pada permukaan logam dan llingkungannya. Korosi atau pengkaratan adalah kerusakan atau degradasi logam akibat bereaksi dengan lingkungan yang korosif. Penyelidikan tentang sistem elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan mengenai korosi ini, yaitu reaksi kimia antara logam dengan zat-zat yang ada di sekitarnya atau dengan partikel-partikel lain yang ada di dalam matrik logam itu sendiri. Jadi dilihat dari sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan beroksigen. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat.
Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3 . XH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi berlaku sebagai anode, dinama besi mengalami oksidasi.
Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e E0 = + 0,44 V
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi yang berlaku sebagai katode, dimana oksigen tereduksi.
O2(g) + 2H2O(l) + 4e → 4OH-(aq) E0 = + 0,40 V
atau
O2(g) + HH+(aq) + 4e → 2H2O(l) E0 = + 1,23 V
Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3 . XH2­O, yaitu karat besi. Maka reaksi yang terjadi :
Anode : 2Fe(s) → 2Fe2+(aq) + 4e E0 = + 0,44 V
Katode : O2(g) + 2H2O(l) + 4e → 4OH-(aq) E0 = + 0,40 V
+
Reaksi Sel : 2Fe(s) + O2(g) + 2H2O(l) → 2Fe2+(aq) + 4OH-(aq) E0reaksi = 0,84 V
Ion Fe2+ tersebut kemudian mengalami oksidasi lebih lanjut dengan reaksi :
4Fe2+(aq) + O2(g) + (4 + 2n) H2O → 2Fe2O3 . nH2O + 8H+(aq)
Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan dan bagian mana yang bertindak sebagai katode bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu. Korosi besi memerlukan oksigen dan air.

B. Proses terjadinya korosi

Mekanisme korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia. Proses elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-elektron. Perpindahan elektron merupakan hasil reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Mekanisme korosi melalui reaksi elektrokimia melibatkan reaksi anodik dan reaksi katodik.

a.Reaksi Anodik (Oksidasi)
Reaksi Anodik terjadi di daerah anode. Reaksi anodik (oksidasi) diindikasikan melalui peningkatan valensi atau produk elektron-elektron. Reaksi anodik yang terjadi pada proses korosi logam, yaitu :

M → Mn+ + ne

Proses korosi dari logam M adalah proses oksidasi logam menjadi satu ion (n+) dalam pelepasan n elektron. Harga dari n bergantung dari sifat logam sebagai contoh besi :
Fe → Fe2+ + 2e

b.Reaksi Katodik (Reduksi)
Reaksi katodik terjadi di daerah katode. Reaksi katodik diindikasikan melalui penurunan nilai valensi atau konsumsi elektron-elektron yang dihasilkan dari reaksi anodik.
Beberapa reaksi katodik yang terjadi selama proses korosi logam, yaitu :
Pelepasan gas hidrogen
2H+ + 2e → H2
Reduksi oksigen
O2 + 4H+ + 4e → 2H2O
O2 + 2H2O + 4e → 4OH­-
Reduksi ion logam
Fe3+ + e → Fe2+

Pengendapan logam
3Na+ + 3e → 3Na
Reduksi ion hidrogen
O2 + 4H+ + 4e → 2H2O
C. Penyebab Korosi

Faktor yang berpengaruh dan mempercepat korosi yaitu :
a.Air dan kelembapan udara
Air merupakan salah satu faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembap) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.
b.Elektrolit
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk dapat diikat oleh oksigen di udara. Oleh karena itu, air hujan (asam) dan air laut (garam) merupakan penyebab korosi yang utama.
c.Adanya oksigen
Pada peristiwa korosi adanya oksigen mutlak diperlukan.
d.Permukaan logam
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode.
e.Letak logam dalam deret potensial reduksi
Korosi akan sangat cepat terjadi pada logam yang potensialnya rendah, sedangkan logam yang potensialnya lebih tinggi justru lebih awet.


D. Cara Mencegah Korosi

1) Dicat
Cat menghindarkan kontak besi dengan udara dan air.
2) Melumuri dengan oli atau minyak
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin oli atau minyak mencegah kontak besi dengan air
3) Dibalut dengan plastik
Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan kerancang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi udara dan air.
4) Tin plating (pelapisan dengan timah)
Biasanya kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electro plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak adanya kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang cacat, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat kolosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian timah mendorong korosi besi.
5) Galvanisasi (pelapisan dengan zink)
Pipa besi, tiang telepon, badan mobil, dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi.
6) Cromium plating (pelapisan dengan kromium)
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bemper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elekrolisis. Sama seperti zink, kromium juga dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
7) Sacrificial protection (pengorbanan anode)
Magnesium adalah logam yang jauh labih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.



Korosi Aluminium (Perlindungan Katodit)

Aluminium, juga zink dan kromium, merupakan logam yang lebih aktif daripada besi. Jika demikian, mengapa logam-logam ini lebih awet? Sebenarnya, aluminium berkarat dengan cepat membentuk oksida aluminium (Al2O3). Akan tetapi, perkaratan segera terhenti setelah lapisan tipis oksida terbentuk. Lapisan itu melekat pada permukaan logam, sehingga melindungi logam di bawahnya terhadap perkaratan berlanjut.
Lapisan oksida pada permukaan aluminium dapat dibuat lebih tebal melalui elektrolisi, yang disebut anodizing. Aluminium yang telah mengalami anodizing digunakan untuk membuat panci dan berbagai perkakas dapur, bingkai, kerangka bangunan (panel dinding), serta kusen pintu dan jendela. Lapisan oksida aluminium lebih mudah dicat dan memberi warna yang lebih terang.

.            E.   Pengendalian
1.             Mengurangi keagresifan lingkungan misalnya dengan mengurangi kandungan oksigen terlarut (deaerasi).
2.             menggunakan paduan yang lebih tahan misalnya kuingan merah (15% Zn).
3.             penambahan 1 % Sn pada Brass 70-30.
4.             Penambahan inhibitor. Ada 3 macam penambahan inhibitor yaitu, inhibitor anodik, inhibitor katodik, dan inhibitor absorpsi.
·         Pada inhibitor anodic menghasilkan selaput pasif
dengan contoh : molikat, silikat, fosfat, borak, kromat, nitrit, nitrat.
·         Pada inhibitor katodik berpengaruh terhadap reaksi katodik

1. 2 H2O + O2 + 4e- 4OH-
2 2
mengendapkan senyawa katodik yang logam menyelimuti
contoh : garam – garam, Seng, Magnesium, Kalsium.
2. 2 H+ + 2e- 2H H2
membentuk lapisan hidrogen adsorsi
contoh : Arsen, Bismuth, Antimonium
·         Inhibitor absorpsi mempunyai molekul organic panjangdipermukaan logam yang bertujuan membatasi. Difusi oksigen keluar menjauhi permukaan, memantapkan lapisan pelindung, mereduksi laju pelarutan logam
5.             proteksi katodik.
F. BENTUK KOROSI


1. Korosi logam tak sejenis

Korosi logam tak sejenis adalah istilah yang dipakai untuk korosi akibat dua logam tak sejenis yang tergandeng membentuk sebuah sel korosi basah sederhana. Sebutan lain untuk korosi logam tak sejenis adalah korosi dwilogam atau korosi galvanik. Untuk mengetahui tingkat kecenderungan korosi galvanik di gunakan deret galvanik. Deret ini mempunyai manfaat praktis besar sekali karena dapat memungkinkan memperkirakan secara cepat hambatan korosi pada suatu gandengan logam tak sejenis. Contoh dari sebuah deret adalah tabel 1 yang merupakan deret elektrokimia.
Tabel 1 Potensial-potensial Reduksi Baku (KR. Trethewey)

Reaksi elektroda E0 (Volt)
Au+ + c = Au +1.68
Pt2+ + 2c = Pt +1.20
Hg2+ + 2c = Hg +0.85
Ag+ + c = Ag +0.80
Cu2+ + 2c = Cu +0.34
2h+ + 2c = H2 0.00
Pb2+ + 2c = Pb - 0.13
Sn2+ + 2c = Sn - 0.14
Ni2+ + 2c = Ni - 0.25
Cd2+ + 2c = Cd - 0.40
Fe2+ + 2c = Fe - 0.44
Cr3+ + 3c = Cr - 0.71
Zn2+ + 2c = Zn - 0.76
Al3+ + 3c = Al - 1.67
Mg2+ + 2c = Mg - 2.34
Na+ + c = Na - 2.71
Ca2+ + 2c = Ca - 2.87
K+ + c = K - 2.92

Daftar ini membandingkan potensial-potensial reduksi (atau Oksidasi) logam-logam, tetapi berbeda dari deret galvanik beberapa hal:
a. Deret elektrokimia memuat data elektrokimia yang bersifat mutlak dan kuantitatif untuk penggunaan dalam perhitungan-perhitungan teliti. Deret galvanik menyatakan hubungan antara logam yang satu dengan yang lain dibuat dari hasil perbandingan kualitatif atas aktivitas logam-logam.
b. Deret elektrokimia harus dan hanya memuat data tentang unsur-unsur logam, sedangkan deret galvanik memuat informasi baik mengenai logam murni maupun paduan, dengan demikian mempunyai manfaat praktis lebih besar.










                                     Deret Galvanik ( KR. Trethewey )


Sebuah deret galvanik dapat dilihat pada gambar 3. Gambar ini memperlihatkan deret galvanik untuk sejumlah logam pada 25 oC dengan air sebagai elektrolit. Potensial-potensial yang di urutkan adalah gambar potensial-potensial korosi yang betul-betul bebas, dan pada umumnya dapat di tafsirkan bahwa semakin jauh letak dua logam dalam deret, makin parah korosi yang mungkin di alami oleh logam dengan aktivitas lebih besar.

2. Korosi intergranuler

Korosi yang terjadi bila daerah batas butir terserang akibat adanya endapan di dalamnya. Batas butir sering menjadi tempat yang di sukai untuk proses pengendapan (precipitation) dan pemisahan (segregation). Pisahan dan endapan berbeda jika dilihat dari pembentukannya. Bahan-bahan asing yang terdapat dalam struktur logam ada dua macam, yaitu :
a. Logam antara (intermetalik atau unsur antara), yaitu unsur-unsur yang terbentuk dari atom logam-logam dan mempunyai rumus kimia yang mudah di kenali. Logam ini dapat bersifat anoda atau katoda terhadap logam utama.
b. Senyawa, yaitu bahan yang terbentuk dari logam dan unsur-unsur bukan logam, seperti hidrogen, karbon, silikon, nitrogen dan oksigen.

Pada dasarnya, setiap logam yang mengandung logam antara atau senyawa pada batas-batas butirnya akan rentan terhadap korosi intergranular.


3. Korosi celah dan sumuran

Korosi calah dan korosi sumuran merupakan dua bentuk korosi yang berbeda, tetapi dalam aspek mekanisme serta penerapannya membuat perbedaan antara keduanya sangat kecil.
a. Mekanisme korosi celah
Sebelumnya penggunaan korosi celah (Crevice Corrosion) hanya untuk serangan terhadap paduan-paduan yang oksidasinya terpastikan oleh ion-ion agresif seperti klorida dalam celah-celah atau daerah-daerah permukaan logam yang tersembunyai. Sekarang, korosi celah memperoleh banyak sebutan lain, diantaranya korosi aerasi diferensial dan korosi sel konsentrasi. Istilah-istilah inilah yang mengarah ke aspek mekanisme-mekanisme korosi didalam celah atau retakan. Selain dua istilah diatas ada juga nama-nama lain yang biasanya tidak umum seperti korosi deposit, korosi retakan, korosi paking, dan lain-lain.
Korosi celah adalah serangan yang terjadi karana sebagian permukaan logam terhalang atau tersaing dari lingkungan di banding bagian yang lain logam.
b. Korosi sumuran
Korosi sumuran (Pitting Corotion) adalah korosi lokal yang secara selektif menyerang bagian permukaan logam, antara lain:
1) Selaput pelindungnya tergores atau retak akibat perlakuan mekanik.
2) Mempunyai tonjolan akibat dislokasi atau slip yang di sebabkan oleh tegangan tarik yang dialami atau tersisa.
3) Mempunyai komposisi heterogen dengan adanya inklusi, segresi dan presipitasi.
Contoh terjadinya korosi sumuran yaitu pada selembar baja lunak yang bersih di biarkan kehujanan dalam beberapa hari akan terkorosi dengan cepat dan ”karat” yang terbentuk akan berupa endapan keras, tonjolan-tonjolan bundar, pada bagian tertentu di mana titik-titik air menggenang lebih lama. Apabila “karat” kita sikat dengan sikat kawat maka akan terlihat lubang-lubang di tempat yang sama.
c. Kerentanan bahan
Lingkungan yang mudah untuk menimbulkan korosi sumuran dan celah adalah lingkungan yang mengandung kandungan ion klorida yang tinggi.

Dalam lingkungan air laut, ketahanan paduan-paduan terhadap bentuk bentuk korosi ini telah di buatkan tingkatannya yang telah di lihat pada tabel 2. Dari tabel kita dapat melihat baja nirkarat buruk sekali di lingkungan air laut.

4. Korosi erosi

Korosi erosi adalah korosi yang terbentuk ketika logam terserang akibat gerak relative antara elektroit dan permukaan logam. Korosi ini terutama di akibatkan oleh efek-efek mekanik seperti pengausan, abrasi dan gesekan. Logam-logam lunak sangat mudah terkena korosi jenis ini, misalnya, tembaga, kuningan, aluminium murni dan timbal. Selain itu logam-logam lain juga rentan terhadap korosi ini, tetapi dalam kondisi-kondisi aliran tertentu.
Tabel 2 Ketahanan relative logam-logam dan paduan-paduan dalam air laut tenang terhadap korosi celah ( KR.Trethewey )

Logam atau paduan ketahanan
Hassteloy C276 Lembam
Titanium
Tembaganikel (70/30) 0,5%Fe Baik
Tembaganikel (90/10) 1,5%Fe
Perunggu
Kuningan
Besi tuang austenitic Cukup
Besi tuang
Baja karbon
Incoloy 825 Rendah
Carpenter 20
Tembaga
Baja nirkarat 316 Buruk sumuran
Padauan Ni-Cr pada celah-celah
Baja nirkarat 304
Baja nirkarat seri 4000

Korosi erosi mudah dikenali karena dapat mnciptakan efek-efek yang agak aneh serta indah berupa ceruk-ceruk, lubang-lubang bundar atau parit-parit.

Nozzle pada heat exchanger shell and tube yang mengalami korosi akibat erosi


Pipa kondensor dari kuningan Admiralty yang bocor akibat benturan uap basah.


Efek-efek khas yang dihasilkan oleh korosi erosi terjadi akibat ketergantungan laju erosi terhadap waktu. Pada permukaan lembut, laju erosi lambat, tetapi akan menjadi cepat apabila permukaanya semakin kasar. Apabila kekasaran permukaan telah mencapai kedalaman tertentu, selapis air akan menempel ke permukaan atau terperangkap dalam ceruk-ceruk, dan ini mengurangi efek erosi yang di timbulkan oleh aliran selanjutnya. Peronggan atau kavitasi adalah bentuk khusus korosi erosi yang di sebabkan oleh pembentukan dan pecahnya gelembung-gelembung uap di permukaan logam. Bentuk korosi ini cenderung lebih banyak dialami oleh komponen-komponen yang digerakkan dengan kecepatan tinggi dalam fluida, dari pada dalam pipa atau tanki di mana fluida mengalir terhadap permukaan logam yang diam. Jadi baling-baling kipas dan roda gigi turbin hidrolik adalah komponen-komponen yang paling mungkin menderita korosi peronggaan. Pada Gambar di bawah ini adalah contoh korosi peronggaan disepanjang tepi sebuah bilah baling-baling.


Peronggaan yang dialami oleh bilah baling-baling dari paduan tembaga.


Salah satu metode yang baik dalam pengendalian korosi peronggaan adalah menggunakan komponen-komponen yang halus dan rapi pengerjaanya sehingga tempat pembentukan gelembung semakin sedikit. Cara lain, dibuat selaput karet sebagai ketahanan terhadap korosi.








                                                DAFTAR PUSTAKA



Halima. 2003. PENCEGAHAN KOROSI DAN SCALE PADA PROSES PRODUKSI MINYAK BUMI. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Sumatra Utara.

ekonomi teknik perancangan pabrik kimia

1.      Mengapa asumsi dengan menggunakan garis linier dalam penentuan Chemical engineering index (CEI) itu tidak tepat ?

Jawab :

Metode penentuan harga peralatan pabrik dengan menggunakan persamaan garis linier atau yang lebih dikenal dengan garis lurus merupakan metode yang kurang tepat, hal itu dikarenakan harga peralatan pabrik setiap tahun tidaklah selalu naik atau dengan kata lain harga tersebut masih berkemungkinan untuk turun.

Naik-turunnya harga peralatan pabrik tersebut biasanya disebabkan akan  permintaan akan peralatan tersebut pada tahun tertentu. Jika permintaan akan peralatan tersebut tinggi maka harga peralatan akan meningkat dan begitu juga sebaliknya.

Dari harga peralatan pabrik yang mengalami perubahan yang tidak menentu tiap tahunnya, maka nilai Chemical Engineering Index (CEI) juga akan mengalami perubahan tiap tahunnya. Jadi dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai Chemical Engineering Index (CEI) tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan garis lurus karena nilai tiap tahunnya yang selalu mengalami perubahan.



2.      Mengapa Chemical engineering index (CEI) tiap bulannya menalami kenaikan 1 angka ( 25% tingkat naik-turunnya) ?

Jawab :

Nilai Chemical engineering index (CEI) tiap tahunnya hampir dapat dipastikan akan mengalami perubahan tiap tahunnya. Perubahan nilai CEI tersebut biasanya mengalami kenaikan tiap tahunnya meskipun tidak menutup kemungkinan nilainya akan mengalmi penurunan pada tahun tertentu, hal itu terbukti dari CEI yang selama ini didapat. Berikut adalah daftar nilai CEI adri tahun  :
Tahun
Chemical Engineering Index  (CEI)
1997
386,5
1998
389,5
1999
390,6
2000
394,1
2001
394,3
2002
390,4

Peningkatan nilai CEI tersebut rata-rata naik sebesar 25 %,hal tersebut dikarenakan banyaknya permintaan masyarakat akan produk tertentu ataupun suatu pabrik yang membutuhkan bahan baku yang lebih banyak sehingga mendorong para investor untuk membuat pabrik baru yang menyebabkan permintaan terhadap peralatan pabrik akan naik dan menyebabkan CEI menjadi naik.


3.      Sebutkan metode-metode yang tepat untuk memprediksi harga peralatan pabrik selain cost index dan metode inflasi ekonomi?

Jawab :
Terdapat beberapa metode untuk memperkirakan biaya peralatan pabrik yang antara lain yaitu :
·         Metode Unit Cost Estimate

Merupakan suatu metode yang biasanya digunakan untuk menghitung biaya definitive dan preliminary. Untuk dapat menghitung biaya peralatan dengan menggunakan metode yaitu dengan menggunakan rumus :

·         Metode Faktor Lang

Metode yang ditemukan oleh Lang  pada tahun 1948 merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk menghitung total biaya modal (fixed capital cost) sebagai fungsi dari harga peralatan dengan perhitungan secara matematis sebagai berikut :

Cf   =  fl  x   Ce

Keterangan :

      Cf    :  total biaya modal (Fixed capital cost)
Ce   :  Total biaya pengiriman alat utama seperti  Tangki penyimpanan, alat peenukar Panas, Reaktor,dll
Fl    :  Faktor Lang (Tergantung dari proses pabriknya)
                3,1   untuk Pabrik yang bahan prosesnya padatan
               4,7   untuk Pabrik yang bahan prosesnya fluida
               3,6   untuk Pabrik yang bahan prosesnya padatan – fluida




·         Metode Faktor Pangkat Terhadap Rasio Kapasitas

Metode ini merupakan metode yang biasanya digunakan untuk menghitung biaya order-of-magnitude estimate. metode ini dapat dihitung secara metematis dengan rumus :

Fcn = Fc(R)n

Dengan R adalah rasio kapasitas fasilitas baru terhadap  kapasitas fasilitas lama. Untuk dapat menghitung perkiraan biaya menggunakan metode ini dibutuhkan data pangkat n diatas yang dapat dicari dengan table sebagai berikut :



·         Metode Biaya Investasi Per Satuan Kapasitas

Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menghitung perkiraan biaya untuk order-of-magnitude estimate. Metode ini dapat dihitung secara matematis dengan persamaan berikut ini :

Untuk metode ini, dalam menentukan besarnya nilai kapasitas dapat dilihat pad tabel berikut ini :





·         Metode Modular Gutrie

Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menghitung biaya preliminary cost. Secara matematis metode ini dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :


Keterangan :
CTBM = total bare-module cost
Csite = site development cost
          = 10-20% CTBM (grass-root plant)
          = 4-6% CTBM (perluasan)
Cbuilding = building cost
                 = 10% CTBM (alat berada di dalam ruang)
                 = 20% CTBM (gedung non-proses, grass-roots plant)
                 = 5% CTBM (gedung non-proses, perluasan)
Coffsite facilities = lihat tabel
                             + 5% CTBM (utilitas lain)
Contingency (15%);
Contractor fee (3%)
Cwc = working capital
         = 15% CTCI
         = 17,6% CTPI


Data=data yang diperlukan dalam perhitungan dengan persamaan diatas dapat dilihat dari table :



·         Metode Rasio Turnover

Metode turnover adalah metode yang menggunakan orde of magnitude estimate. Dimana untuk menghitung metode ini secara matematis dapat menggunakan persamaan berikut :

·         Metode Rasio Capital

Metode rasio capital merupakan suatu metode yang sifatnya berkebalikan dengan metode rasio turnover. Metode ini biasa juga disebut dengan rasio investasi.
Berikut adalah contoh daftar rasio turnover pada tahun 1958 :



4.      Bagaimana penentuan harga alat  dengan memperhatikan tigkat inflasi di suatu Negara tertentu ?

Jawab :
Setiap negara pastilah mempunyai tingkatan inflasi ekonomi tertentu tiap tahunnya. Inflasi itu sendiri merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai factor. Inflasi tersebut  dapat mempengaruhi harga peralatan pabrik pada masa yang akan mendatang karena tingkat kebutuhan akan peralatan-peralatan pabrik sekarang cenderung selalu berbeda dengan masa yang akan datang.
Untuk memperkirakan harga peralatan pabrik dengan memperhatikan nilai inflasi suatu negara, sebelumnya haruslah diketahui terlebih dahulu nilai perkiraan inflasi yang dikeluarkan suatu negara melalui bank dengan tingkatan tertinggi yang ada di negaranya seperti bank Indonesia untuk negara Indonesia. Sehingga dengan mengetahui nilai perkiraan inflasi , perkiraan harga peralatan pabrik akan lebih baik daripada menggunakan metode lainnya.
Berikut merupakan rumus untuk menentukan harga peralatna pabrik dengan memperhatikan nilai inflasi ekonomi :

Cest  =  { ( 1 + f’ ) x ( 1 + f’’ ) x ( 1 + f’’’ ) x ( 1 + f’’’+1 ) } x Cpresent

                                                                  Keteangan :
f               : inflasi pada tahun tertentu
Cest         : Harga perkiraan Alat
Cpresent   : Harga alat saat ini

Contoh perhitungan dari metode ini adalah :
Harga suatu alat pabrik pada april 2010 yaitu sebesar Rp. 130.000,- . berapakah harga alat resebut pada bulan april 2014 jika inflasi dari tahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 berturut-turut yaitu sebesar 5,8% , 6,5 % ,  6,75 % , 7 % ?
Penyelesain :
Cest  =  { ( 1 + f’ ) x ( 1 + f’’ ) x ( 1 + f’’’ ) x ( 1 + f’’’+1 ) } x Cpresent
Cest  =  { ( 1 + 0,58 ) x ( 1 + 0,65 ) x ( 1 + 0,675 ) x ( 1 + 0,7 ) } x Rp. 130.000
Cest   =  Rp. 167. 313,-